Selasa, 21 April 2015

Abu Hurairah ra.

Tokoh ini biasa berpuasa sunat tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan shalat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya. Kenapa ia dikenal sebagai "Bapak Kucing"? Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi ibn Shakhr Ad-Dausi, dan tatkala ia memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasul dengan Abdurrahman. Ia sangat penyayang kepada binatang dan memiliki seekor kucing, yang selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. Inilah sebabnya ia diberi gelar "Bapak Kucing" (Abu Hurairah).
Abu Hurairah memiliki bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan. Ia memiliki kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya memiliki keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan. Didengarnya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalkannya, hampir tak pemah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. 
Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya. Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah saw mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalahgunakan ketenarannya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi saw, hingga sering mereka mengeluarkan sebuah "hadits", dengan menggunakan kata-kata: "Berkata Abu Hurairah ..."
Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi saw menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh -tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya.
Di sana Abu Hurairah berhasil lepas dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.
Dan dengan bakat pemberian Tuhan yang dipunyainya beserta perbendaharaan Hadits tersebut, Abu Hurairah merupakan salah seorang sahabat yang mampu menjelaskan hari-hari kehidupan Rasulullah saw beserta para sahabatnya, mengitari pelosok dan berbagai ufuk yang membuktikan kehebatan Muhammad saw beserta shahabat-shahabatnya itu dan memberikan makna kepada kehidupan ini dan memimpinnya ke arah kesadaran dan pikiran sehat. 
Ia adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan segala perubahan mengagumkan yang diciptakannya, dari orang upahan menjadi pemimpin atau majikan, dari seorang yang terlunta-lunta di tengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan panutan, dan dari seorang yang sujud di depan batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. 
Inilah dia sekarang bercerita dan berkata: "Aku dibesarkan dalam kondisi yatim, dan pergi hijrah dalam kondisi miskin. Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi untuk mengisi perutku, akulah yang melayani keluarga itu bila mereka sedang menetap dan menuntun binatang tunggangannya bila sedang bepergian, sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Busrah, maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah ikutan ummat"
Dibanding Nabi, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, ia sudah yatim sejak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing.
Ia datang kepada Nabi saw di tahun yang ke tujuh Hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar ia memeluk Islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan. Dan semenjak ia bertemu dengan Nabi Saw, dan berbai'at kepadanya, hampir-hampir ia tidak berpisah lagi darinya kecuali pada saat-saat waktu tidur. Begitulah berjalan selama masa empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah saw yakni sejak ia masuk Islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke sisi Yang Maha Tinggi. 
Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peran penting dalam berbakti kepada Agama Allah.
Abu Hurairah bukanlah seorang penulis, ia hanya seorang ahli hafal yang mahir, di samping memiliki kesempatan atau mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan itu, karena ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak punya bisnis yang akan dikelola.
Ia pun menyadari bahwa dirinya termasuk orang yang masuk Islam belakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus menerus dan secara tetap menyertai majlisnya. Kemudian disadarinya pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan do'a Rasul, agar pemilik bakat ini diberi Allah berkat.
Ia menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan karunia Ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian.
Begitulah ia mempermahir dirinya dan ketajaman daya ingatnya untuk menghafal Hadits-hadits Rasulullah saw dan pengarahannya. Sewaktu Rasul telah pulang ke Rafikul A'la (wafat), Abu Hurairah terus-menerus menyampaikan hadits-hadits, yang menyebabkan sebagian sahabatnya merasa heran sambil bertanya-tanya di dalam hati, dari mana datangnya hadits-hadits ini, bila didengarya dan diendapkannya dalam ingatannya .
Abu Hurairah telah memberikan penjelasan untuk menghilangkan kecurigaan ini, dan menghapus keragu-raguan yang menulari putra shahabatnya, maka katanya: "Tuan-tuan telah mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali mengeluarkan hadits dari Nabi saw.Dan tuan-tuan katakan pula orang-orang Muhajirin yang lebih dahulu darinya masuk Islam, tak ada menceritakan hadits-hadits itu?  Ketahuilah, bahwa shahabat-sahahabatku orang-orang Muhajirin itu, sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar, sedang shahabat-shahabatku orang-orang Anshar sibuk dengan tanah pertanian mereka. Sedang aku adalah seorang miskin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka aku hadir sewaktu yang lain tidak hadir. Dan aku selalu ingat seandainya mereka lupa karena kesibukan".
Dan Nabi saw pernah berbicara kepada kami di suatu hari, kata beliau: "Siapa yang membentangkan sorbannya hingga selesai pembicaraanku, kemudian ia meraihnya ke dirinya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarya dari padaku!"
"Maka kuhamparkan kainku, lalu ia berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar darinya! Demi Allah kalau tidaklah karena adanya ayat di dalam Kitabullah niscaya tidak akan ku kabarkan kepada kalian sedikit jua pun" Ayat itu adalah:
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah Kami nyatakan kepada manusia di dalam Kitab mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan dikutuk oleh para pengutuk (Malaikat-malaikat)!" Al- Baqarah: Ayat 159
Demikianlah Abu Hurairah menjelaskan rahasia kenapa hanya ia seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Rasulullah saw. yaitu : Pertama, karena ia melapangkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para shahabat lainnya.  Kedua, karena ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Rasul, hingga ia jadi semakin kuat.  Ketiga, ia menceritakannya bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebar luaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung jawabnya terhadap Agama dan hidupnya. Kalau tidak dilakukannya berarti ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya.
Oleh sebab itulah ia harus saja memberitakan, tak suatupun yang menghalanginya dan tak seorang pun bisa melarangnya, hingga pada suatu hari Amirul Mu'minin Umar berkata kepadanya: "Hendaklah kamu hentikan menyampaikan berita dari Rasulullah! Bila tidak, maka akan kukembalikan kau ke tanah Daus. ! "(Yaitu tanah kaum dan keluarganya).
Tetapi larangan ini tidaklah mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hanyalah sebagai pengukuhan dari suatu pandangan yang dianut oleh Umar, yaitu agar orang-orang Islam dalam jangka waktu tersebut, tidak membaca dan menghafalkan yang lain, kecuali Al-Quran sampai ia melekat dan mantap dalam hati sanubari dan pikiran.
Al-Quran adalah kitab suci Islam, Hukum Dasar dan kamus lengkapnya dan terlalu banyaknya cerita tentang Rasulullah saw teristimewa lagi pada tahun-tahun menyusul wafatnya Nabi saw, saat sedang dihimpunnya Al-Quran, dapat menyebabkan kesimpangsiuran dan campur-baur yang tidak berguna dan tak perlu terjadi!
Oleh karena ini, Umar berpesan: "Sibukkanlah dirimu dengan Al-Quran karena dia adalah kalam Allah." Dan katanya lagi: "Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah kecuali yang mengenai amal perbuatannya!"
Dan sewaktu beliau mengutus Abu Musa al-Asy'ari ke Irak ia berpesan kepadanya: "Sesungguhnya Anda akan mendatangi suatu kaum yang dalam mesjid mereka terdengar bacaan Al-Quran seperti suara lebah. maka biarkanlah seperti itu dan jangan anda bimbangkan mereka dengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukung anda dalam hal ini! "
Al-Qur'an sudah dihimpun dengan jalan yang sangat cermat, hingga terjamin keasliannya tanpa dicampuri oleh hal-hal lainnya. Adapun hadits, maka Umar tidak dapat menjamin bebasnya dari pemalsuan atau perubahan atau diambilnya sebagai alat untuk mengada-ada terhadap Rasulullah SAW dan merugikan Agama Islam.
Abu Hurairah menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan teguh memenuhi amanat, hingga ia tak hendak menyembunyikan suatu pun dari Hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa menyembunyikannya adalah dosa dan kejahatan.
Demikianlah, setiap ada kesempatan untuk menumpahkan isi dadanya berupa Hadits yang pernah didengar dan ditangkapnya tetap saja disampaikan dan dikatakannya. Hanya ada pula suatu hal yang merisaukan, yang menimbulkan kesulitan bagi Abu Hurairah ini, karena seringnya ia bercerita dan banyaknya Haditsnya yaitu adanya tukang hadits yang lain yang menyebarkan Hadits-hadits dari Rasul saw dengan menambah-nambah dan melebih-lebihkan hingga para shahabat tidak merasa puas terhadap sebagian besar dari Hadits-haditsnya. Orang itu namanya Ka'ab al-Ahbaar, seorang Yahudi yang masuk Islam.
Pada suatu hari Marwan bin Hakam menguji kemampuan menghafal dari Abu Hurairah. Maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk menghabarkan hadits-hadits dari Rasulullah saw. Sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi Hadits-hadits yang dulu itu yang telah ditulis pembantunya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah walau sepatah kata pun!
Ia berkata tentang dirinya, "Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal Hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin 'Amr bin' Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak." Dan Imam Syafi'i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah, "Ia seorang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi Hadits sesamanya." Sementara Imam Bukhari menyatakan pula, "Ada delapan ratus orang atau lebih dari shahabat tabi'in dan ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah."
Demikianlah Abu Hurairah tak ubah bagai suatu perpustakaan besar yang telah ditaqdirkan kelestarian dan keabadiannya.
Abu Hurairah termasuk orang ahli ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah, selalu melakukan ibadah bersama istrinya dan anak-anaknya setiap malam secara bergiliran, mula-mula ia berjaga sambil shalat sepertiga malam kemudian dilanjutkan oleh isterinya sepertiga malam dan sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh puterinya. Dengan demikian, tak ada satu saat pun yang berlalu setiap malam di rumah Abu Hurairah, melainkan berlangsung di sana ibadat, dzikir dan shalat!
Semenjak ia menganut Islam tak ada yang memberatkan dan menekan perasaan Abu Hurairah dari berbagai persoalan hidupnya ini, kecuali satu masalah yang hampir menyebabkannya tak dapat memejamkan mata. Masalah itu adalah tentang ibunya, karena waktu itu ia menolak untuk masuk Islam. Bukan hanya sampai di sana saja, bahkan ia menyakitkan perasaannya dengan menjelek-jelekkan Rasulullah di depannya.
Pada suatu hari ibunya itu kembali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan bagi Abu Hurairah tentang Rasulullah saw, hingga ia tak dapat menahan tangisnya karena sedihnya, lalu ia pergi ke mesjid Rasul. Marilah kita dengarkan ia menceritakan lanjutan berita kejadian itu sebagai berikut: "Sambil menangis aku datang kepada Rasulullah, lalu aku berkata, "Ya Rasulallah, aku telah meminta ibuku masuk Islam, ajakanku itu ditolaknya, dan hari ini aku pun baru saja memintanya masuk Islam, sebagai jawaban ia malah mengeluarkan kata-kata yang tak kusukai terhadap diri anda. Karenanya mohon anda do'akan kepada Allah kiranya ibuku itu ditunjuki-Nya kepada Islam .. "  Maka Rasulullah saw berdo'a: "Ya Allah tunjukilah ibu Abu Hurairah!"
Aku pun berlari mendapatkan ibuku untuk menyampaikan kabar gembira tentang do'a Rasulullah itu. Sewaktu sampai di muka pintu, ku temukan pintu itu terkunci, dari luar terdengar suara gemercik air, dan suara ibu memanggilku : "Hai Abu Hurairah, tunggulah ditempatmu itu!"
Di waktu ibu keluar, ia memakai baju kurungnya, dan membalutkan selendangnya sambil mengucapkan: "Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh."
Aku pun segera berlari menemui Rasulullah saw sambil menangis karena gembira, sebagaimana dahulu aku menangis karena berduka, dan kataku padanya: "kusampaikan kabar suka ya Rasulallah, bahwa Allah telah mengabulkan do'a Anda, Allah telah menunjuki ibuku ke dalam Islam." Kemudian kataku pula: "Ya Rasulallah, mohon anda do'akan kepada Allah, agar aku dan ibuku dikasihi oleh orang-orang Mu'min, baik laki-laki maupun perempuan!" Maka Rasul berdo'a: "Ya Allah, mohon engkau jadikan hambu- Mu ini beserta ibunya dikasihi oleh sekalian orang-orang Mumin, laki-laki dan perempuan! "
Karena keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasulullah saw, ia pernah menderita kepedihan lapar yang jarang diderita orang lain. Dan pernah ia menceritakan bagaimana rasa lapar telah menggigit-gigit perutnya, maka diikatkannya batu dengan surbannya ke perutnya dan ditekannya ulu hatinya dengan kedua tangannya, lalu terjatuhlah ia di mesjid sambil menggeliat-geliat kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan (epilepsi), padahal sama sekali bukan.
Suatu kali, dengan masih mengikatkan batu ke perutnya, dia duduk di pinggir jalan, tempat orang biasanya berlalu lalang. Dilihatnya Abu Bakar melintas. Lalu dia minta dibacakan satu ayat Al-Quran. "Aku memintanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan," tutur Abu Hurairah. Tapi Abu Bakar cuma membacakan ayat, lantas berlalu.
Dilihatnya Umar ibn Khattab. "Tolong ajari aku ayat Al-Quran," kata Abu Hurairah. Kembali ia harus menelan ludah kekecewaan karena Umar berbuat hal yang sama. Tak lama kemudian Nabi lewat. Nabi tersenyum. "Ia tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya secara tepat". tutur Abu Hurairah. "Ya Aba Hurairah!" Panggil Nabi. "Labbaik, ya Rasulullah!" "Ikutlah aku!" Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah ditemukan seember susu."Dari mana susu ini?" Tanya Rasulullah. Ia diberi tahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu. "Ya Aba Hurairah!"  "Labbaik, Ya Rasulullah!" "Tolong panggilkan ahli shuffah," kata Nabi. Susu tadi lalu dibagi kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondokan masjid.
Sepulang dari Perang Khaibar, Nabi melakukan perluasan terhadap Masjid Nabawi, yaitu ke arah barat dengan menambah tiga pilar lagi. Abu Hurairah terlibat pula dalam renovasi ini. Ketika dilihatnya Nabi turut mengangkat batu, ia meminta agar ia menyerahkan batu itu kepadanya. Nabi menolak seraya bersabda, "Tidak ada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat."
Abu Hurairah sangat mencintai Nabi. Sampai-sampai dia memilih dipukul Nabi karena melakukan kekeliruan ketimbang mendapatkan makanan yang enak. "Karena Nabi menjanjikan akan memberi syafaat kepada orang yang pernah merasa disakitinya secara sengaja atau tidak," katanya.
Begitu cintanya kepada Rasulullah sehingga siapa pun yang dicintai Nabi, ia ikut mencintainya. Misalnya, ia suka mencium Hasan dan Husain, karena melihat Rasulullah mencium kedua cucunya itu.
Ada cerita menarik menyangkut kehidupan Abu Hurairah dan masyarakat Islam zaman itu. Meski Abu Hurairah seorang papa, bisa dibilang tuna wisma, salah seorang majikannya yang lumayan kaya menikahkan putrinya, Bisrah binti Gazwan, dengan pria itu. Ini menunjukkan betapa Islam telah mengubah persepsi orang dari membedakan kelas kepada persamaan. Abu Hurairah dipandang mulia karena kealiman dan kesalihannya. Perilaku islami telah memuliakannya, lebih dari kemuliaan pada masa jahiliyah yang memandang kebangsawanan dan kekayaan sebagai ukuran kemuliaan.
Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya atas tiga bagian: untuk membaca Al-Quran, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadis. Ia dan keluarganya meskipun kemudian menjadi orang berada tetap hidup sederhana. Ia suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan menyedekahkan rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya.
Tugas penting pernah diembannya dari Rasulullah. Yaitu ketika ia bersama Al-Ala ibn Abdillah Al-Hadrami diutus berdakwah ke Bahrain. Belakangan, ia juga bersama Quddamah diutus menarik jizyah (pajak) ke Bahrain, sambil membawa surat ke Amir Al-Munzir ibn Sawa At-Tamimi.
Abu Hurairah hidup sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid, tak pernah ia ketinggalan dalam perang, dan tidak pula dari ibadah. Di zaman Umar bin Khatthab ia diangkat sebagai Amir untuk daerah Bahrain, sedang Umar sebagaimana kita ketahui adalah seorang yang sangat keras dan teliti terhadap kantor-kantor yang diangkatnya.
Ketika ia mengangkat seseorang sedang ia memiliki dua pasang pakaian maka saat meninggalkan jabatannya nanti haruslah orang itu hanya memiliki dua pasang pakaian juga. malah lebih utama kalau ia hanya memiliki satu pasang saja. Apabila waktu meninggalkan jabatan itu terdapat tanda-tanda kekayaan, maka ia takkan luput dari interogasi Umar, sekalipun kekayaan itu berasal dari jalan halal yang dibolehkan syara. Suatu dunia lain, yang diisi oleh Umar dengan hal-hal luar biasa dan mengagumkan. Rupanya saat Abu Hurairah memangku jabatan sebagai kepala daerah Bahrain ia telah menyimpan harta yang berasal dari sumber yang halal.  Hal ini diketahui oleh Umar, maka ia pun dipanggilnya datang ke Madinah. Dan mari kita dengarkan Abu Hurairah, menampilkan soal jawab ketus yang bertahan antaranya dengan Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab,
Umar   
:
"Hai Abi Hurairah, apakah engkau sudah menjadi musuh Allah dan musuh kitab-Nya, dan apakah engkau telah mencuri harta Allah?
Abu Hurairah
:
"Aku bukan musuh Allah dan tidak pula musuh kitab-Nya, hanya aku menjadi musuh orang yang memusuhi keduanya dan aku bukanlah orang yang mencuri harta Allah, "
Umar   
:
"Dari mana kau peroleh sepuluh ribu itu"
Abu Hurairah
:
"Kuda kepunyaanku beranak-pinak dan pemberian orang berdatangan"
Umar   
:
"Kembalikan harta itu ke perbendaharaan negara (baitul maal)"
Kemudian Abu Hurairah menyerahkan hartanya itu kepada Umar, lantas ia mengangkat tangannya ke arah langit sambil berdo'a: "Ya Allah, ampunilah Amirul Mu'minin."  Tak selang beberapa lama, Umar memanggil Abu Hurairah kembali dan menawarkan jabatan kepadanya di wilayah baru. Tapi ditolaknya dan dimintanya maaf karena tak dapat menerimanya. Kata Umar kepadanya, "Kenapa, apa sebabnya?"
Abu Hurairah mengemukakan lima alasan, "Agar kehormatanku tidak sampai tercela, hartaku tidak dirampas, punggungku tidak dipukul, aku takut menghukum tanpa ilmu, dan bicara tanpa belas kasihan!" Ia memilih tinggal di Madinah, menjadi warga biasa yang memperlihatkan kesetiaan kepada Umar, dan para pemimpin sesudahnya.
Tatkala rumah Amirul Mukminin Ustman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-fitnatul kubra (bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar tampil mengawal rumah tersebut. Meski dalam posisi siap tempur, Khalifah melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak.
Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah ditawari menjadi gubernur di Madinah, Ia menolak. Ketika terjadi pertemuan antara Khalifah Ali dan lawannya, Muawwiyah bin Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari fitnah. Sampai kemudian Muawwiyah berkuasa, Abu Hurairah bersedia menjadi gubernur di Madinah. Tapi versi lain mengatakan, Marwan ibn Hakamlah yang menunjuk Abu Hurairah sebagai pembantunya di kantor gebernur Madinah.
Pada suatu hari sangatlah rindu Abu Hurairah ingin bertemu dengan Allah. Selagi orang-orang yang mengunjunginya mendo'akannya cepat sembuh dari sakitnya, ia sendiri berulang-ulang memohon kepada Allah dengan berkata : "Ya Allah, sesungguhnya aku telah sangat rindu ingin bertemu dengan-Mu. Semoga Engkau pun demikian!" Di Kota Al-Madinatul Munawwarah, ia mengembuskan nafas terakhir pada tahun ke-57 atau ke-58 H (676-678 M) dalam usia 78 tahun. Meninggalkan warisan yang sangat berharga, yakni hadis-hadis Nabi, bak butiran-butiran ratna mutu manikam, yang jumlahnya 5.374 hadis.
Di sekeliling orang-orang shaleh penghuni pekuburan Baqi', di tempat yang beroleh berkah, di sanalah jasadnya dibaringkan. Dan sementara orang-orang yang mengiringkan jenazahnya kembali dari pekuburan, mulut dan lidah mereka tidak henti-hentinya membaca Hadits yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasul yang mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar